• Imperialisme bukan saja sistem atau nafsu menaklukkan negeri atau bangsa
lain, tapi imperialisme bisa juga hanya nafsu atau sistem mempengaruhi ekonomi negeri dan bangsa lain. Ia tak usah dijalankan dengan pedang atau bedil atau meriam atau kapal perang, tak usah berupa pengluasan daerah negeri dengan kekerasan senjata sebagai diartikan oleh Van Kol, tetapi juga berjalan dengan “putarlidah” atau cara “halus-halusan” saja, bisa juga berjalan dengan cara “pénétration pacifique”.
[Indonesia menggugat, hlm. 81]
• Menurut keyakinan kami, hilangnya pemerintah asing dari Indonesia, belum tentu juga dibarengi oleh hilangnya imperialisme asing sama sekali.
[Indonesia menggugat, hlm. 81]
• Benar seperti kata Jean Juares, di dalam Dewan Rakyat Perancis terhadap wakil-wakil kaum modal, “Imperialisme itulah penghasut yang besar yang menyuruh berontak; karena itu bawalah ia ke depan polisi dan hakim.” Tapi bukan imperialisme, bukan sahabat-sahabat imperialisme yang kini berada di muka mahkamah tuan-tuan Hakim tetapi kami: Gatot Mangkoeprodjo, Maskoen, Soepriadinata, Sukarno.”
[Indonesia menggugat, hlm. 81]
• Amboi-di manakah kekuatan duniawi yang bisa memadamkan tenaga
sesuatu bangsa. Puluhan, ratusan, ya ribuan “penghasut” dan
“opruieres” dan “ophitser” sudah di bui atau dibuang. Tapi tidaklah
pergerakan yang umurnya lk. 20 tahun itu semakin menjadi besar ?
[Indonesia menggugat, hlm. 70]
• Memang zaman imperialisme modern mendatangkan “kesopanan”,
mendatangkan jalan-jalan tapi apakah itu setimbang dengan bencana
yang disebabkan oleh usaha-usaha partikulir itu?
Indonesia menggugat, hlm. 46
• Sejak adanya “Opendeur Politik”, juga modal Inggeris, juga modal
Amerika, juga modal Jepang, juga modal lain-lain, sehingga
imperialisme di Indonesia kini jadi Internasional.
[Indonesia menggugat, hlm. 51]
• We are often told “Colonialism is dead”. Let us not be deceived or even
soothed by that. I say to you, colonialism is not yet dead. How can we
say it is dead, so long as vast areas of Asia and Africa are un-free. And
I beg of you do not think of colonialism only in the classic form which
we of Indonesia, and our brothers in different parts of Asia and Africa
knew, colonialism has also its modern dress, in the form of economic
control, intellectual control, actual physical control a small, but aliencommunity
within a nation. It is a skillfull and determined enemy, and
it appears in many guises. It does not give up its loot easily, wherever,
whenever and however-it-appears, colonialism is an evil thing, and
one must be eradicated from the earth.
[Pidato Konperensi AA di Bandung pada tahun 1955, hlm. I8-4-´55]
• Soal jajahan, adalah soal “rugi atau untung”, soal ini bukanlah soal
kesopanan atau kewajiban, soal ini ialah soal mencari hidup, soal
Business !.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 51]
• Perang Kemerdekaan Amerika adalah sukses pertama perang melawan
kolonialls di dalam sejarah dunia (di permukaan bumi) Maka penyair
Longfellow menulis:
A cry defiance and not of fear.
A voice in the darkness, a knock at the door.
And a word that shall echo for evermore
[Pidato Konperensi AA di Bandung pada tahun 1955, hlm. I8-4-´55]
• Dalam tahun 1929 itu terlepaslah dari mulut saya kalimat yang
terkenal, “Kaum imperialis, awaslah, jikalau nanti geledek Perang
Pacific menyambar-nyambar dan membelah angkasa …., di situlah
rakyat Indonesia melepaskan belenggu-belenggunya, di situ Rakyat
Indonesia akan Merdeka.
[Kepada bangsaku hlm. 316 ]
• Memang Tuan Hakim, kami membicarakan bahwa Perang Pacific itu
akan datang. Kami harus mengerti, jika bangsa Indonesia tidak segera
menjadi bangsa yang teguh, kami bisa tidak tahan menderitakan
pengaruh ledakan itu.
[Indonesia menggugat, hlm. 164]
• Pergerakan ini ialah antithese imperialisme yang terbikin oleh
imperialisme Beograd. Bukan bikinan “penghasut”, bukan bikinan
“opruieres”, pergerakan ini ialah bikinan kesengsaraan dan kemelaratan
rakyat.
[Indonesia menggugat, hlm. 71]
• Bagaimana hakekatnya “budaya” atau “cultuur” yang didatangkan
inperialisme moderen itu? Stockvis menyebutnya.” rakyat khatulistiwa
yang korat-karit dan diperlakukan tidak semena-mena”.
[Indonesia menggugat, hlm. 72]
• Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya
datangnya Ratu Adil. Dan sering kali kita mendengar di desa sini atau
di desa situ telah muncul seorang “Imam Mahdi”, atau “Heru Cakra”.
Tak lain tak bukan, karena rakyat menunggu dan mengharap
pertolongan.
[Indonesia menggugat, hlm. 75]
• Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya
datangnya Ratu Adil. Dan sering kali kita mendengar di desa sini atau
di desa situ telah muncul seorang “Imam Mahdi”, atau “Heru Cakra”.
Tak lain tak bukan, karena rakyat menunggu dan mengharap
pertolongan.
[Indonesia menggugat, hlm. 75]
http://penasoekarno.wordpress.com/2009/11/18/kata-mutiara-bung-karno-5/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar