Minggu, 21 Juli 2013

Akhir Musim Gerhana



Pagi yang masih buta
Menuntunnya hingga ia tak lagi buta
Melintasi padang waktu
Berharap segera temukan kilau yang akan
menerangi
Hati sang raja ketidaksempurnaan

Pagi yang masih buta
Menuntunnya dengan hati yang juga buta
Memang, kadang timur terasa barat
Namun akan terus bergerak
Menghalau matahari diujung horison sana

Seingatku, matahari biasanya terbit diujung timur itu
Dan semoga kali ini tetap terbit dari arah yang sama
Di ujung horison itu
Adalah ruang berakhirnya musim gerhana

Matahari, ingin sekali ku merayumu kali ini
Kuminum beberapa teguk madu
Pembasuh dahaga kala menunggumu
Sayup terdengar alunan lagu
Dengan iringan denting piano yang kan menyambutmu
Dan juga, kubawakan setangkai mawar
Juga untuk  menyambutmu

Waktunya pun tiba
Garis cahayamu telah berangsur menyapu sekelilingku
Mungkin, inilah akhir dari musim gerhana
Membuatku tersadar
Setangkai mawar yang kubawa
Ternyata bongkahan belati penuh darah
Alunan lagu itu, ternyata diiringi bukan oleh denting piano
Melaingkan suara desing peluru
Dan madu yang telah kuteguk
Tenyata, adalah racun yang kini terlanjur menyelimuti hatiku


 Harmadi Halil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar