Pagi yang masih buta
Menuntunnya hingga ia tak lagi buta
Melintasi padang waktu
Hati sang raja ketidaksempurnaan
Pagi yang masih buta
Menuntunnya dengan hati yang juga buta
Memang, kadang timur terasa barat
Namun akan terus bergerak
Menghalau matahari diujung horison sana
Seingatku, matahari biasanya terbit diujung timur itu
Dan semoga kali ini tetap terbit dari arah yang sama
Di ujung horison itu
Adalah ruang berakhirnya musim gerhana
Matahari, ingin sekali ku merayumu kali ini
Kuminum beberapa teguk madu
Pembasuh dahaga kala menunggumu
Sayup terdengar alunan lagu
Dengan iringan denting piano yang kan menyambutmu
Dan juga, kubawakan setangkai mawar
Juga untuk
menyambutmu
Waktunya pun tiba
Garis cahayamu telah berangsur menyapu sekelilingku
Mungkin, inilah akhir dari musim gerhana
Membuatku tersadar
Setangkai mawar yang kubawa
Ternyata bongkahan belati penuh darah
Alunan lagu itu, ternyata diiringi bukan oleh denting piano
Melaingkan suara desing peluru
Dan madu yang telah kuteguk
Tenyata, adalah racun yang kini terlanjur menyelimuti hatiku
Harmadi Halil
Harmadi Halil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar